cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008" : 6 Documents clear
PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) MENDUKUNG KAWASAN MANDIRI ENERGI DI NUSA PENIDA, BALI ARDHANA, I KETUT; PRAMUDYA, BAMBANG; HASANAH, MAHARANI; TAMBUNAN, ARMANSYAH H.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.155-161

Abstract

ABSTRAKDalam upaya memenuhi kebutuhan listrik di daerah terpencil danpulau-pulau kecil, pemerintah meluncurkan kebijakan pengembangan desamandiri energi. Di Nusa Penida, salah satu kawasan di Bali yang terdiriatas 3 pulau kecil, program mandiri energi dirancang dalam bentuk desawisata energi yang diwujudkan dengan pengembangan tanaman jarakpagar (Jatropha curcas L) sebagai penghasil bahan bakar nabati (BBN)untuk subtitusi bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).Analisis kebijakan pengembangan tanaman jarak pagar mendukungkawasan mandiri energi Nusa Penida dilakukan pada bulan Oktober 2007-April 2008. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kesesuaian lahandan iklim Nusa Penida untuk pengembangan tanaman jarak, dan (2)melakukan analisis kelayakan finansial usahatani jarak pagar. Kesesuaianlahan dan iklim dianalisis secara deskriptif, sedangkan kelayakan finansialdianalisis berdasarkan kriteria investasi : NPV, B/C, dan IRR. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik iklim, wilayahNusa Penida termasuk ke dalam kriteria sesuai (S2) untuk pengembangantanaman jarak pagar. Unsur iklim yang menjadi pembatas adalahketersediaan air terutama pada bulan-bulan Agustus, September, danOktober yang merupakan puncak musim kemarau, sehingga waktu panenhanya berlangsung pada bulan Maret-Juli. Peran minyak jarak pagarmensubstitusi solar sebagai bahan bakar PLTD selain ditentukan olehwaktu panen, juga tergantung kepada harga biji jarak pagar yang dapatmemberikan insentif bagi petani untuk mengembangkan tanaman tersebut.Usahatani jarak pagar layak dikembangkan pada tingkat harga minimumRp 2.000/kg biji di tingkat petani.Kata kunci : Jatropha curcas L., kesesuaian lahan dan iklim, kelayakanfinansialABSTRACTPhysic Nut Jatropha curcas Development to SupportLocal Self-sufficient Energy in Nusa Penida, BaliTo fulfill the electricity requirement in remote areas and smallislands, Indonesian government runs the self-sufficient energy villageprogram. In Nusa Penida, an area that consists of three islands in BaliProvince, the program is run by developing Energy Tourism Area (ETA).In this program, physic nut (Jatropha curcas L.) was planted in the ETAand the seeds will be used for bio-diesel to substitute diesel powerelectricity generator fuel. A policy analysis of developing Jatropha curcasplantation in the ETA has been done in the period of October 2007 to April2008. The objectives of this research are : (1) to analyze the land andclimate suitability for planting physic nut, and (2) to analyze financialfeasibility of physic nut farming. The land and climate suitability analyzedby descriptive method. Financial feasibility analyzed by investmentcriteria : NPV, B/C ratio, and IRR. The result shows that the land andclimate in Nusa Penida is suitable (S2) for planting physic nut. The crucialelement of the climate is the availability of the water during dry season inAugust, September and October. The harvest season is in March to July.The role of physic nut as a source for bio-diesel is influenced by theharvest time and the price of physic nut seeds. A good price will lead thefarmer to maintain and develop their jatropha plantation.Key words : Jatropha curcas L., land and climate suitability, financialfeasibility
PELACAKAN TETUA POPULASI KELAPA DALAM MAPANGET No.32 (DMT-32) MENGGUNAKAN ANALISIS ALIRAN GEN (Gene Flow) BERDASARKAN PENANDA MIKROSATELIT (SSR) DONATA S PANDIN; ALEX HARTANA; HAJRIAL ASWIDINNOOR; ASEP SETIAWAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.131-140

Abstract

ABSTRAKKelapa Dalam Mapanget (DMT) merupakan salah satu kelapadalam unggul produksi dan kadar minyak serta protein yang baik.Beberapa populasi generasi DMT telah diseleksi selama tahun 1957 –1979 menghasilkan populasi DMT 32. Penelitian ini bertujuan untukmelacak tetua melalui aliran gen dalam beberapa generasi populasi kelapaDMT-32 hasil penyerbukan campuran polen, pada taraf DNA berdasarkanpenanda mikrosatelit (SSR). Bahan tanaman yang digunakan dalampenelitian ini adalah populasi hasil penyerbukan kelapa DMT-32 generasikedua (DMT-32 S2), populasi DMT-32 generasi ketiga (DMT-32 S3), danpopulasi DMT-32 generasi keempat (DMT-32 S4) berturut-turut sebanyak9, 40, dan 38 pohon. Analisis hubungan tetua dengan zuriatnya meng-gunakan program komputer CERVUS ver. 2.0. Jumlah primer SSR yangdigunakan sebanyak 19 primer dan 15 di antaranya dapat digunakan untukmelacak tetua dari individu-individu kelapa DMT-32 S3 dan DMT-32 S4.Semua individu DMT-32 S2 menjadi tetua dari individu-individu DMT-32S3, tetapi tidak semua individu DMT-32 S3 menjadi tetua dari DMT-32S4. Hasil pelacakan tetua menunjukkan bahwa 2 pohon DMT-32 S3 yangbenar-benar hasil penyerbukan hasil zigot polen sendiri dari satu pohonkelapa DMT-32 S2 No.8, dan 1 pohon zuriat dari DMT-32 S2 No.3. PadaDMT-32 S4 ada 2 individu pohon yang benar-benar merupakan hasilpenyerbukan zigot polen sendiri pohon DMT-32 S3 No.28, masing-masing1 pohon zuriat dari DMT-32 S3 No.32 dan DMT-32 S3 No.35. DMT-32S2 No.1 merupakan tetua dari 8 individu DMT-32 S3, dan lima darizuriatnya adalah tetua dari 13 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No. 2adalah tetua dari 9 individu DMT-32 S3 dan empat nomor di antaranyamenjadi tetua dari 14 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.3 merupakantetua dari 11 individu DMT-32 S3 dan enam nomor pohon di antaranyamenjadi tetua dari 18 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.4 memiliki 5zuriat dan dua nomor pohon di antaranya menjadi tetua dari 7 individuDMT-32 S4. DMT-32 S2 No.5 merupakan tetua dari 10 pohon DMT-32S3 dan enam nomor pohon di antaranya menjadi tetua dari 24 pohonDMT-32 S4. DMT-32 S2 No.6 adalah tetua dari 4 zuriat DMT-32 S3 danhanya satu nomor pohon yang menjadi tetua dari 4 individu pohon DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.7 merupakan tetua dari 10 zuriat pohon DMT-32S3, lima di antaranya merupakan tetua dari 20 pohon DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.8 memiliki 12 zuriat DMT-32 S3, dan empat di antaranyaadalah tetua dari 15 pohon DMT-32 S4. DMT-32 S2 nomor 9 merupakantetua dari 7 pohon DMT-32 S3, dan empat diantaranya adalah tetua dari17 pohon DMT-32 S4.Kata kunci : Cocos nucifera L, Mapanget Tall Coconut (DMT 32),mikrosatelit, SSR, pelacakan tetuaABSTRACTParentage analysis of Mapanget Tall Coconut No.32 (DMT-32)population via gene flow based on Microsatellite Markers (SSR)Mapanget Tall Coconut (DMT) is one of the superior coconut for itsproduction, coconut oil and protein. Several generation of the DMTpopulation has been selected in 1957 – 1979 producing DMT 32generations. The aim of this research was to analyze the parents ofMapanget Tall Coconut No.32 (DMT-32) in DNA level via gene flowbased on microsatellite markers (SSR). Plant materials used in thisresearch were nine (9) palms of DMT-32 S2, 40 palms of DMT-32 S3 and38 palms of DMT-32 S4. Relationship between parents and progeny wereanalyzed by using CERVUS ver. 2.0 computer program. Among 19 SSRprimers used, 15 of them can be used in parentage analysis of MapangetTall Coconut No.32 of third and fourth generations. All of 9 (nine) palmsof DMT-32 S2 are the parents of DMT-32 S3, but some of those palms ofDMT-32 S3 are not the parents of DMT-32 S4. The result of parentageanalysis showed that two palms of DMT-32 S3 were progeny of selfedDMT-32 S2 No.8, and one palm was progeny of selfed DMT-32 S2 No.3.In DMT-32 S4 there were two palms progeny of DMT-32 S3 No.28 andone palm was progeny of DMT-32 S3 No.32 and DMT-32 S3 No.35respectively. DMT-32 S2 No.1 had 8 progeny in DMT-32 S3 and five ofthose were the parents of 13 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No. 2 had9 progeny in DMT-32 S3 and four of those were the parents of 14 individuDMT-32 S4. DMT-32 S2 No.3 had11 progeny in DMT-32 S3 and six ofthose were the parents of 18 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.4 had 5progeny in DMT-32 S3 and two of those were the parents of 7 individuDMT-32 S4. DMT-32 S2 No.5 had 10 progeny in DMT-32 S3 and six ofthose were the parents of 24 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.6 had 4progeny in DMT-32 S3 and only one was the parent of 4 individu DMT-32S4. DMT-32 S2 No.7 had 10 progeny in DMT-32 S3 and five of thosewere the parents of 20 individu DMT-32 S4. DMT-32 S2 No.8 had 12progeny in DMT-32 S3 and four of those were the parents of 15 individuDMT-32 S4. DMT-32 S2 No.9 had 7 progeny in DMT-32 S3 and four ofthose were the parents of 17 individu DMT-32 S4.Key words : Cocos nucifera L, Mapanget Tall Coconut (DMT-32),microsatellite, SSR, parentage analysis
KERAGAMAN SELASIH (Ocimum Spp.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI, PRODUKSI DAN MUTU HERBA ENDANG HADIPOENTYANTI; SRI WAHYUNI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.141-148

Abstract

ABSTRAKBeberapa spesies selasih menunjukkan keragaman dalam sifatmorfologi, produksi dan minyak atsirinya. Penelitian dilakukan di KP.Cimanggu – Bogor, bertujuan untuk mengetahui keragaman sifatmorfologi, produksi dan kandungan utama minyak atsiri selasih. Tujuhnomor koleksi Ocimum spp. antara lain (O. gratissimum, O. basilicum, O.sanctum dan O. minimum ) diamati dengan menanam 50 tanaman/nomor,jarak tanam 40 x 30 cm. Pengamatan dilakukan terhadap sifat morfologi,produksi, sifat fisikokimia dan kandungan kimia utama minyak atsiri.Berdasarkan sifat tersebut dilakukan analisis kluster untuk melihatkeragaman tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan karakter morfologiOcimum spp. beragam, dilihat dari habitus, bentuk dan warna batang,bentuk dan warna daun, bentuk rangkaian dan warna bunga, serta bentukdan warna biji. Produksi terna basah selasih bervariasi antara 34-83 kg/plot(50 tanaman, kumulatif selama 3 kali panen). Antar 2 nomor koleksiruku-ruku hutan secara morfologi susah dibedakan, tetapi dapat dibedakandari aroma daun. Antar 2 nomor aksesi basil dapat dibedakan dari warnadaun, batang dan bunganya. Mutu fisik minyak atsiri koleksi selasih belummemenuhi standard yang dipersyaratkan EOA. Komposisi utama minyakOcimum spp. bervariasi. Aksesi dengan kandungan eugenol tinggi adalahbasil daun keunguan (kadar eugenol 46%) dan ruku-ruku hutan A (kadareugenol 37,04%). Koleksi dengan kandungan methyl Eugenol tinggiadalah basil C (daun hijau) (63,13%), ruku-ruku I (56%) dan selasihngombol B (68%). Nomor koleksi dengan kandungan sineol tinggi(40,03%) adalah ruku-ruku hutan (K), sedangkan kemangi F mempunyaikomposisi kimia utama sitral (43,45%) dan geraniol (21,23%). Hasilanalisa kluster tanaman mengelompok pada 2 kelompok utama. Klusterpertama adalah basil C dan selasih ngombol B. Kluster kedua terdiri dariaksesi A, K, I, D, dan F. Antar ruku-ruku hutan (A, K) mengelompok padasub-kluster yang sama yang mengindikasikan jarak genetiknya dekat.Kemangi F berada pada sub kluster sendiri.Kata kunci : Ocimum spp., keragaman, morfologi, minyak atsiri, produksi,mutuABSTRACTVariability of Ocimum spp. based on morphologicalcharacters, yields and herbs qualitySeveral basil species show variation in their morphology,production and essential oils. The research was carried out at CimangguExperimental Garden, Bogor to find out the morphologycal characters,yield variability and major chemical constituent of basil. Sevencollection numbers such as O. gratissimum, O basilikum, O. sanctum danO. minimum planted each consisted of 50 plants grown in 40 x 30 cm rows.Research parameters assesed were morphological characters, herb yield,oil phyisico-chemical characters and their major chemical constituent ofoil. Results showed that al the seven numbers Ocimum spp. variedmorphologically in their stem, leaves and flower’s color. Herb yield ofOcimum spp. ranged from 34 -83 kg fresh herb/plot of 50 plants(cumulative of 3 times harvest). Within species of basil (O. basilucum),variation can be seen clearly from their stem, leaves, flower colour andleaves  odours.  However,  within  tree  basil  (O.  gratissimum),morphologically, it is difficult to be differenciated, except the leavesodours. Oil physico-chemical characters are does not meet EOA standardyet. There are variations in major oil constituent of Ocimum spp. Theaccessions having high eugenol content were purple leaf basil (46%) andtree basil A (37.04%). The collections with high methyl eugenol weregreen leaf basil (63.13%), holly basil I (36%), and bush basil B (68%).High eugenol content (40.03%) was found in tree basil K. Meanwhile, themain chemical composition of lemon basil F were citral (43.45%) andgeraniol (21.23%). Cluster analisis based on morphological, agronomicaland major chemical constituent traits are clustered into two main cluster.First cluster consist of basil C and bush basil B. The second cluster consistof A, K, I, D, and F accessions where two accession of tree basil (A,K)placed in the same sub clustered, indicated that they are closed to eachother. Moreover, lemon basil F is placed in its own sub cluster.Key words : Ocimum sp, variability, atsiri oil, production, quality
POSISI CONTOH DAUN UNTUK ANALISIS STATUS FOSFOR (P) PADA BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN KADAR P TERSEDIA PADA DAERAH PERAKARANNYA A ARIVIN RIVAIE; ELNA KARMAWATI; RUSLI RUSLI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.125-130

Abstract

ABSTRAKStatus P pada tanaman dapat diduga dengan menganalisis kadar Ppada daun, karena daun merupakan suatu bagian tanaman yang sangataktif. Untuk itu, diperlukan informasi posisi daun yang sesuai untukdijadikan contoh daun untuk analisis status P tanaman. Percobaan inibertujuan untuk menentukan posisi daun yang sesuai untuk analisis statusP dan mempelajari perbedaan antara kadar P tersedia di tanah dan dirhizosphere, serta hubungannya dengan kadar P daun bibit jarak pagar.Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Aneka Tanaman Industri (Balittri) Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat,pada September 2006 sampai dengan Juli 2007, disusun dalam rancanganacak lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap unit percobaan terdiriatas 20 tanaman. Perlakuan yang diuji adalah: (a) daun ke-1 atau daunyang terletak tepat di bawah kuncup daun yang belum mekar sempurna,(b) daun ke-2 atau daun yang terletak setelah/di bawah daun ke-1, (c) daunke-3, dan (d) daun ke-4. Parameter yang diamati adalah kadar P daun (%),kadar P tersedia di tanah dan rhizosphere yang diukur dengan metodeBray-1 P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun ke-2 adalah posisidaun yang sesuai sebagai contoh daun untuk analisis status P pada bibitjarak pagar (Jatropha curcas L.). Kadar P di rhizosphere lebih rendahdaripada kadar P di tanah (Bray-1P) yang jauh dari akar jarak pagar. Padadaun ke-2, keeratan hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi (R2)antara kadar Bray-1 P di rhizosphere dan kadar P daun jarak pagar (R2 =0.394) lebih tinggi daripada hubungan antara kadar Bray-1 P di tanah dankadar P daun (R2 = 0.371), sehingga untuk keperluan menggambarkanketersediaan P tanah atau untuk melihat hubungan P tanah tersedia dengankadar ataupun serapan P tanaman jarak pagar, akan lebih tepat bila contohtanah yang diambil berasal dari rhizosphere akar tanaman.Kata kunci: Jarak pagar (Jatropha curcas L.), posisi daun, status P, Ptanah tersediaABSTRACTDetermination of leaf sample position for analysis of Pstatus in physic nut (Jatropha curcas L.) seedlings andthe available P in the root zoneStatus of P in plants can be quantified by analyzing concentrationsof the nutrient in leaf as the leaf is the most active plant part. For this,information on appropriate leaf position as samples for analysis of P statusin the plants is needed. A research was conducted with aims to determinean appropriate leaf position of physic nut seedlings and to studydifferences between the concentrations of available P (Bray-1 P) in thebulk soil and the rhizosphere, along with their relationships with theconcentrations of leaf P. The experiment was carried out in a glasshouse ofIndonesian Spices and Other Industrial Crops Research Institute,Sukabumi, West Java, from September 2006 to July 2007. The experimentwas arranged in a completely randomized design with three replications.Each experimental unit consisted of 20 plants. The treatments were: (a) 1stleaf or a leaf located exactly below the shoot, (b) 2nd leaf or a leaf locatedbelow the 1st leaf, (c) 3rd leaf, and (d) 4th leaf. All the leaves were takenfrom the primary branch of the plants. Parameters measured were Pconcentrations in the leaf, P concentrations in the bulk soil and therhizosphere (Bray-1 P). The results showed that the 2nd leaf position wasthe appropriate leaf position to be taken as samples for the leaf analysis ofP status in physic nut (Jatropha curcas L.) seedlings. The concentrationsof Bray-1 P in the rhizosphere were lower than that in the bulk soil, whichis further away from the roots. The R2 values for the relationships betweenthe Bray-1 P concentrations in the rhizosphere and the the 2nd leaf Pconcentrations were higher than that between the Bray-1 P concentrationsin the bulk soil and the 2nd leaf P concentrations, hence, for the objectivesto show the soil P availability or to show the relationships between theavailable soil P and the concentrations or the P uptake by the physic nut, itwill be more accurate if the soil samples are taken from the rhizosphere.Key words: Physic nut (Jatropha curcas L.), leaf position, P status,available soil P
EFISIENSI PEMUPUKAN NPK PADA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) PRIBADI, EKWASITA RINI; RAHARJO, MONO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.162-170

Abstract

ABSTRAKPemberian pupuk N, P, dan K yang tepat jumlah, dan jenis padatanaman temulawak, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaanpupuk dan biaya sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh akanoptimal. Untuk itu dilakukan pengujian beberapa dosis pupuk urea, SP-36dan KCl pada temulawak di Kebun Percobaan Sukamulaya pada tanahLatosol dengan ketinggian tempat 350 m dpl, tipe iklim C (klasifikasiSchmidt dan Ferguson). Penanaman dilakukan pada bulan Agustus 2006dan panen dilakukan bulan September 2007. Percobaan ini menggunakanrancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 3kali ulangan. Faktor pertama, kedua dan ketiga adalah pupuk urea (N),SP-36 (P) dan KCl (K) masing-masing dengan dosis 100 kg/ha, 200 kg/hadan 300kg/ha. Ukuran petak percobaan adalah 3,75 m x 4 m per perlakuan/ulangan. Percobaan menggunakan bibit temulawak nomor harapan Fdengan jarak tanam 75 cm x 50 cm. Sebagai pupuk dasar diberikan pupukkandang dengan dosis adalah 20 ton pupuk kandang. Pupuk SP-36, danKCl diberikan sesuai dengan perlakuan yang seluruhnya diberikan padasaat tanam. Sedangkan pupuk urea diberikan sesuai dengan perlakuanmasing-masing 1/3 bagian pada umur 1, 2, dan 3 BST (Bulan SesudahTanam). Tanaman dipanen pada umur 10 bulan setelah tanam (BST).Peubah yang diamati meliputi; data asupan (input) berupa penggunaansarana produksi usahatani, penggunaan tenaga kerja dan peralatan, sertadata keluaran (output) berupa hasil rimpang segar, simplisia kering, danrendemen ekstrak temulawak. Harga masukan dan keluaran yangdigunakan mengacu pada harga standard/pasar yang berlaku pada saatpenelitian dilakukan. Analisis efisiensi teknis dan ekonomis digunakanuntuk menentukan dosis pemupukan yang paling baik untuk dikembang-kan. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan beberapa kriteria analisisefisiensi teknis dan ekonomis pengembangan temulawak nomor harapan Fdianjurkan menggunakan dosis pemupukan an-organik yang rendah yaitu200 kg/ha urea, dan SP-36 dan KCl masing-masing 100 kg/ha. Dengandosis pemupukan tersebut diperoleh : (1) produksi rimpang, kurkuminoiddan xanthorizol masing-masing 2.277 kg, 33,24 dan 73,26 kg per 1.000 m 2lahan, (2) tingkat pendapatan bersih Rp. 344.500/1.000 m 2 lahan, rasiobiaya operasional terhadap pendapatan kotor 23,13%, rasio pendapatandikurangi biaya operasional terhadap pendapatan kotor 76,87%, danefisiensi ekonomi tiap perlakuan pemupukan dibanding kontrol (urea,SP36 dan KCl masing-masing 100 kg/ha) 5,08.Kata kunci : Curcuma xanthorrhiza Roxb, kajian finansial, pupuk NPK,nomor harapan FABSTRACTEfficiency of NPK Fertilizer Application on Java Turmeric (Curcumaxanthorrhiza Roxb)Efficiency of inorganic fertilizers application is determined byeffective type and fertilizers dosage. Current experiment was designed tocompare the efficiency of application of three levels dosage of urea, SP-36, and KCl on java turmeric farming system. The experiment wasconducted at Sukamulya (Sukabumi) Experimental Garden on latosol soiltype, 350 m above sea level, with climate type A of Schmidt andFerguson’s climate classification from August 2007 to September 2008.Treatments were combination of 100 kg/ha, 200 kg/ha, and 300 kg/ha ofeach urea, SP36, and KCl fertilizer. The treatments were designed infactorial randomized block with three replications. Organic fertilizer(manure) was applied to all experiment plots at planting time with dosageof 20 tons/ha. SP36 and KCl fertilizer were applied at planting time, whileurea fertilizer was applied in three equal parts, separately, on plantingtime, one and two months after planting time. Java turmeric promisingline of F was used as plant materials and planted at 75 cm x 50 cm plantedspacing. Physical and economic efficiency analysis of the each treatmentunit was used to evaluate the efficiency of fertilizer application withtreatment-related costs were assumed as variable costs. Results showedthat based on physical and economic efficiency, fertilizer combination of200 kg urea/ha, 100 kg SP36/ha, and 100 kg KCl/ha was the most efficientdosage with yield of rhizome, curcuminoid and xanthorhizol at the dosagelevel per 1000 m 2 were 2.277 kg, 33,24 kg, and 73,26 kg respectively.Moreover, that were gained crop value Rp. 344.500/1.000 m 2 , operatingexpense ratio 23,13%, net farm income from operation ratio 76,87%, andeconomic efficiency each treatment compare to control 5,08 times.Key words: Curcuma xanthorrhiza Roxb, financial analysis, NPKfertilizer, promising line F
DISPERSION PATTERN OF Helopeltis antonii Signoret (HEMIPTERA:MIRIDAE) ON CASHEW PLANTATION SISWANTO SISWANTO; RITA MUHAMAD; DZOLKHIFLI OMAR; ELNA KARMAWATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n4.2008.149-154

Abstract

ABSTRACTHelopeltis antonii is one of the major pests in most cashew growingareas in Indonesia. The pest attacks cashew plants in the nursery and alsoin the fields which caused significant damage. Apart of cashew the insectshave a lot of alternate host plants such as tea, cocoa, neem, pepper,mangoes, jamboes, etc. This research was aimed at investigating thedispersion pattern of H. antonii in cashew plantation. The research wasconducted in smallholder cashew plantation in Ngadirejo, Wonogiri,Indonesia from March 2004 to May 2006. The observation of H. antoniipopulation was carried out on 60 sample plants which selectedsystematically in about 2 ha cashew plantation area every two weeks.Distribution analysis using various indices of dispersion and regressionmodels was applied to evaluate the dispersion of H. antonii in cashewplantation. The result shows that variance to mean ratio (s 2 / x ), χ2, Lloydmean crowding, Green’s coefficient of dispersion and Taylor’s power lawindicate aggregated distribution when the population is high duringflushing-flowering seasons of cashew plants, and it indicates regular orrandom distribution when the population is low during post-floweringseasons. The aggregated distribution on cashew plants indicated that thereis a preferency to food sources of the plants and an individual behaviour toaggregate. Therefore, sampling and monitoring H. antonii in cashewplantation should be carried out systematically during flushing-floweringseasonsKey words: Cashew,  Anacardium  occidentale,  pest  management,Helopeltis antonii, dispersion, Central JavaABSTRAKPola sebaran Helopeltis antonii Signoret (Hemiptera:Miridae) pada pertanaman jambu meteHelopeltis antonii merupakan salah satu hama utama tanamanjambu mete yang ditemukan hampir di setiap area pengembangan mete diIndonesia. Hama ini menyerang tanaman jambu mete sejak pembibitanhingga di lapangan dengan kerusakan yang cukup signifikan. Selain jambumete, serangga ini juga mempunyai banyak inang alternatif antara lain teh,kakao, mimba, lada,mangga, jambu air dll. Penelitian ini bertujuan untukmenentukan sebaran serangga tersebut, khususnya sebaran horizontal padapertanaman jambu mete. Penelitian dilakukan di pertanaman jambu metemilik petani di daerah Ngadirejo, Wonogiri, Indonesia dari Maret 2004sampai Mei 2006. Pengamatan populasi H. antonii dilakukan pada 60tanaman sampel yang dipilih secara sistematik pada area pertanamanjambu mete seluas kurang lebih 2 ha setiap 2 minggu sekali. Hasil analisismenggunakan beberapa indek pengelompokan dan model regresi yaiturasio keragaman terhadap rata-rata (s 2 / x ), χ2,rata-rata pengelompokandari Lloyd, koefisien sebaran dari Green dan hukum kekuatan Taylormenunjukkan penyebaran yang mengelompok jika populasi tinggi selamamusim pembentukan tunas dan pembungaan jambu mete, dan merata atauacak jika populasi rendah sesudah musim pembungaan. Pengelompokan H.antonii pada tanaman jambu mete menunjukkan adanya ketertarikan padaketersediaan makanan pada tanaman jambu mete dan perilaku individuserangga tersebut. Oleh karena itu untuk pengambilan sampel danpengamatan serangga tersebut sebaiknya dilakukan secara sistematis padasaat musim pembentukan tunas dan pembungaan.Kata kunci: Jambu mete, Anacardium occidentale, pengendalian hama,Helopeltis antonii, sebaran, Jawa Tengah

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue